Logo Apple di iPhone bisa menyala |
"Jawabannya singkat dan sangat sederhana karena membuat aplikasi (dengan tampilan elegan) di iOS lebih mudah dibandingkan dengan Android," kata Danilo Campos, desainer antarmuka (UI/UX) dari perusahaan Hipmunk.
Ada beberapa alasan teknis yang lebih mendalam. Pertama, soal fragmentasi. Ketika menyusun kode-kode (coding) untuk aplikasi di iOS, pengembang menangani jumlah perangkat, ukuran layar, resolusi piksel, dan spesifikasi peranti keras yang sedikit. Hanya sebatas iPad, iPhone, dan iPod Touch.
Namun, ketika membuat aplikasi untuk Android, pengembang akan berhadapan dengan banyak sekali ukuran layar, resolusi piksel, dan spesifikasi dari vendor yang mengadopsi Android, baik ponsel cerdas maupun tablet.
Namun, ketika membuat aplikasi untuk Android, pengembang akan berhadapan dengan banyak sekali ukuran layar, resolusi piksel, dan spesifikasi dari vendor yang mengadopsi Android, baik ponsel cerdas maupun tablet.
"Perangkat Android hadir dalam berbagai bentuk, ukuran, resolusi layar yang berbeda, dan kecepatan hardware yang berbeda pula. Ini sebenarnya adalah rintangan besar," kata pendiri perusahaan pembuat aplikasi Karma, Lee Linden.
Ia melanjutkan, seorang pengembang harus menguji aplikasinya di 20 perangkat yang berbeda ukuran layar dan resolusinya, yang berbeda prosesornya. "Ini pasti membuat pengembangan sebuah aplikasi berjalan lebih lambat," tutur Linden.
Menurut Campos, dalam situasi ini, pengembang harus memikirkan kembali elemen desain.
Hipmunk menyediakan aset aplikasi Android dalam tiga resolusi, yakni 1x untuk perangkat yang sudah tua, 2x untuk perangkat beresolusi tinggi, dan 1,5x untuk perangkat lain yang tanggung.
Ia melanjutkan, seorang pengembang harus menguji aplikasinya di 20 perangkat yang berbeda ukuran layar dan resolusinya, yang berbeda prosesornya. "Ini pasti membuat pengembangan sebuah aplikasi berjalan lebih lambat," tutur Linden.
Menurut Campos, dalam situasi ini, pengembang harus memikirkan kembali elemen desain.
Hipmunk menyediakan aset aplikasi Android dalam tiga resolusi, yakni 1x untuk perangkat yang sudah tua, 2x untuk perangkat beresolusi tinggi, dan 1,5x untuk perangkat lain yang tanggung.
Ini merupakan suatu kebutuhan untuk menghindari segala keanehan yang muncul ketika aplikasi dijalankan. Jika hal ini dilewatkan, Hipmunk khawatir tampilan aplikasi akan kabur atau buram atau bahkan terlihat bergerigi.
Hal ini terkadang sering dilewatkan oleh para pegembang. Namun, di satu sisi, pengembang kadang hanya didukung oleh tim kecil dan kekurangan dana, mereka enggan menghabiskan waktu untuk menyempurnakan elemen desain ini. Akibatnya, pengembang sering tidak memperhatikan hal-hal yang sebenarnya sangat berpengaruh pada detail estetika.
Faktor berikutnya, alat bantu dan dokumentasi dalam membuat aplikasi Android diakui para pengembang masih terbatas.
Hal ini terkadang sering dilewatkan oleh para pegembang. Namun, di satu sisi, pengembang kadang hanya didukung oleh tim kecil dan kekurangan dana, mereka enggan menghabiskan waktu untuk menyempurnakan elemen desain ini. Akibatnya, pengembang sering tidak memperhatikan hal-hal yang sebenarnya sangat berpengaruh pada detail estetika.
Faktor berikutnya, alat bantu dan dokumentasi dalam membuat aplikasi Android diakui para pengembang masih terbatas.
Sementara Apple punya pengalaman panjang dalam menyempurnakan setiap aplikasi yang berjalan di platform mereka karena Apple cukup berpengalaman dengan Mac OS. Sementara Android merupakan proyek sistem operasi pertama Google. Ya, Google akan banyak belajar soal seluk-beluk sistem operasi dari Android.
Campos mengatakan, di iOS pengembang memiliki banyak dokumentasi baik secara resmi maupun dari pihak ketiga, yang tidak didapat dari Android. Dengan demikian, pengembang Android harus menggali sendiri ilmu-ilmu mengembangkan aplikasi.
Dalam fitur desain, para pengembang kompak mengakui lebih mudah mengimplementasikannya di iOS karena ketersediaan berbagai Application Programming Interface (API). "Di Android lebih sulit melakukan sentuhan desain yang bagus seperti transisi atau sudut bulat," kata Steven Yarger, Mobile Product Manager di Trulia.
Membuat transisi di iOS jauh lebih mudah. Seperti membuat transisi fade in fade out atau pergeseran lainnya, semua seakan bisa dilakukan secara konsisten. Sementara di Android, seorang pengembang tidak akan tahu apakah transisi yang dibuatnya bisa konsisten ketika aplikasinya dijalankan di perangkat dengan ukuran layar dan resolusi yang kecil.
Namun, sebenarnya, Android menawarkan lebih banyak kebebasan. Menurut Yarger, pengembang dapat melakukan apa pun yang dia ingin asalkan dia benar-benar menggali seluk-beluk Android.
Belajar dari pengalaman sistem operasi Android versi 1 sampai 3, Google tampaknya akan melakukan banyak perubahan di Android versi 4.0 Ice Cream Sandwich. Sekarang Google memiliki satu set pedoman desain yang solid, yang membuat pengembang lebih mudah dalam mengimplementasikan desain yang konsisten.
Untuk mengurangi fragmentasi Android, sebenarnya Google telah mewajibkan pengembang aplikasi dan vendor untuk menggunakan antarmuka utama yang diberi nama Holo.
Holo wajib diimplementasikan ke dalam perangkat Android untuk mempermudah pengembang dan vendor mengintegrasikan widget, tombol aplikasi, dan menu di layar. Google berharap aplikasi Android memiliki identitas kuat dan familiar digunakan oleh penggunanya karena tombol, widget, hingga temanya konsisten.
Campos mengatakan, di iOS pengembang memiliki banyak dokumentasi baik secara resmi maupun dari pihak ketiga, yang tidak didapat dari Android. Dengan demikian, pengembang Android harus menggali sendiri ilmu-ilmu mengembangkan aplikasi.
Dalam fitur desain, para pengembang kompak mengakui lebih mudah mengimplementasikannya di iOS karena ketersediaan berbagai Application Programming Interface (API). "Di Android lebih sulit melakukan sentuhan desain yang bagus seperti transisi atau sudut bulat," kata Steven Yarger, Mobile Product Manager di Trulia.
Membuat transisi di iOS jauh lebih mudah. Seperti membuat transisi fade in fade out atau pergeseran lainnya, semua seakan bisa dilakukan secara konsisten. Sementara di Android, seorang pengembang tidak akan tahu apakah transisi yang dibuatnya bisa konsisten ketika aplikasinya dijalankan di perangkat dengan ukuran layar dan resolusi yang kecil.
Namun, sebenarnya, Android menawarkan lebih banyak kebebasan. Menurut Yarger, pengembang dapat melakukan apa pun yang dia ingin asalkan dia benar-benar menggali seluk-beluk Android.
Belajar dari pengalaman sistem operasi Android versi 1 sampai 3, Google tampaknya akan melakukan banyak perubahan di Android versi 4.0 Ice Cream Sandwich. Sekarang Google memiliki satu set pedoman desain yang solid, yang membuat pengembang lebih mudah dalam mengimplementasikan desain yang konsisten.
Untuk mengurangi fragmentasi Android, sebenarnya Google telah mewajibkan pengembang aplikasi dan vendor untuk menggunakan antarmuka utama yang diberi nama Holo.
Holo wajib diimplementasikan ke dalam perangkat Android untuk mempermudah pengembang dan vendor mengintegrasikan widget, tombol aplikasi, dan menu di layar. Google berharap aplikasi Android memiliki identitas kuat dan familiar digunakan oleh penggunanya karena tombol, widget, hingga temanya konsisten.
0 komentar:
Post a Comment
Peraturan Komentar:
1. Dilarang mengucapkan kata-kata kasar.
2. Dilarang mengucapkan kata-kata yang berbau Pornografi dan SARA.
3. Dilarang saling menghina user/pengguna yang berkomentar.
4. Diharapkan tidak berkomentar diluar topik atau Out Of Topic (OOT).
5. Dilarang keras melakukan promosi barang ataupun jasa. Teknoworld bukanlah Forum Jual Beli.
6. Dilarang menulis "LINK HIDUP" pada komentar.
6. Bila masih ada yang melanggar, maka komentar akan DIHAPUS
Teknoworld berhak untuk meninjau komentar yang masuk. Jika dinilai tidak layak dan tidak pantas, maka komentar akan DIHAPUS. Peraturan dapat berubah sewaktu-waktu
Kunjungi Teknoworld untuk mendapatkan update seputar berita teknologi.